Sejak tahun 1945 Amerika Serikat adalah kekuatan dunia paling dominan. Bahkan selama Perang Dingin perekonomiannya jauh lebih maju, dan dua kali lipat lebih besar, daripada Uni Soviet, sedangkan kemampuan militer dan kecanggihan teknologinya jauh lebih unggul lagi. Sesudah Perang Dunia Kedua, Amerika Serikat adalah penggerak utama pembentukan berbagai lembaga multinasional dan global, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, Dana Moneter Internasional, dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang menjadi saksi bagi kekuasaan dan otoritas global barunya. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 kian mendongkrak posisi unggul Amerika, melenyapkan musuh utamanya dan menyebabkan wilayah serta negara bekas blok Soviet membuka pasar mereka dan dalam banyak hal berpaling pada AS untuk mendapatkan bantuan serta dukungan. Tidak pernah ada sebelumnya, pada masa kejayaan Imperium Inggris pun tidak, negara yang mempunyai kekuasaan sebesar itu. Dollar menjadi uang utama dunia, dengan sebagian besar perdagangan dilakukan menggunakan dollar dan sebagian besar cadangan disimpan dalam mata uang itu. AS mendominasi semua lembaga global utama kecuali PBB, dan menempatkan kekuatan militernya di setiap sudut dunia. Kedudukan globalnya tampak tak tergoyahkan dan pada pergantian milinium istilah “hyperpower” serta “unipolaritas” (kutub tunggal) diciptakan untuk menyebut apa yang terlihat sebagai sebuah bentuk kekuasaan yang baru dan unik.
Tongkat komando global, sebelum diserahkan kepada AS, dipegang Eropa, khususnya negara-negara besar Eropa seperti Inggris, Perancis serta Jerman, dan sebelum itu, dalam kadar jauh lebih rendah, oleh Spanyol, Portugal dan Belanda. Sejak permulaan Revolusi Industri Inggris pada akhir abad ke-18 hingga pertengah abad ke-20, Eropa membentuk sejarah global dengan cara yang sangat mendasar. Mesin dinamisme Eropa adalah industrialisasi dan mode ekspansi penaklukan kolonialnya. Bahkan ketika kedudukan Eropa mulai surut setelah Perang Dunia Pertama, dan surut makin cepat lagi sesudah tahun 1945, fakta bahwa AS, kekuatan baru yang sedang bangkit, adalah produk peradaban Eropa merupakan sumber empati dan afinitas antara Dunia Lama dan Dunia Baru, menumbuhkan ikatan-ikatan yang terungkap dalam ide tentang Barat seraya berfungsi mengurangi dampak perseteruan laten antara Inggris dan AS. Selama dua abad lebih Barat, mula-mula dalam bentuk Eropa dan kemudian Amerika Serikat, mendominasi dunia.
Kini kita menyaksikan sebuah perubahan historis yang, walaupun relatif masih dini, disuratkan mengubah dunia. Negara-negara maju yang selama seabad lebih berarti Barat (yakni AS, Kanada, Eropa Barat, Australia, Selandia Baru) plus Jepang-dengan cepat dilibas negara-negara berkembang dalam ukuran perekonomian. Pada tahun 2001 negara-negara maju hanya menguasai setengah lebih sedikit Produk Domestik Bruto (PDB) dunia, sedangkan pada tahun 1973 angkanya berkisar 60 persen. Tentu masih lama masanya ketika negara-negara berkembang yang paling maju sekalipun meraih kecanggihan ekonomi dan teknologi negara-negara maju, tetapi secara kolektif mereka adalah mayoritas penghuni dan laju pertumbuhan ekonomi mereka lebih besar dari negara-negara maju, kebangkitan mereka sudah menghasilkan pergeseran signifikan dalam perimbangan kekuatan ekonomi global. Ada beberapa ilustrasi kontemporer bagi perkubuan baru ini.
Menurut proyeksi Goldman Sachs, tiga perekonomian terbesar dunia pada tahun 2050 adalah China, disusul oleh AS yang menempel ketat dan India agak jauh dibelakang, lalu Brasil, Meksiko, Rusia, dan Indonesia. hanya dua negara Eropa yang masuk sepuluh besar, yakni Inggris dan Jerman, masing-masing diurutan kesembilan dan kesepuluh. Dari negara-negara yang saat ini termasuk dalam G-7, hanya empat yang masuk sepuluh besar. Dalam ramalan serupa, PricewaterhouseCoopers menyatakan bahwa perekonomian Brasil akan lebih besar dari perekonomian Jepang, dan Rusia, Meksiko, serta Indonesia masing-masing bisa lebih besar dari perekonomian Jerman, Perancis, dan Inggris pada tahun 2050.
Sumber : When China Rules The World, Kebangkitan Dunia Timur dan Akhir Dunia Barat (1-3)~ Martin Jacques